Kamis, 21 Januari 2010

PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIS UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA

A. LATAR BELAKANG
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut Pemerintah Republik Indonesia melalui Departemen Pendidikan Nasional berupaya mengadakan perbaikan dan pembaharuan sistem pendidikan di Indonesia, yaitu dalam bentuk pembaharuan kurikulum, penataan guru, peningkatan manajemen pendidikan, serta pembangunan sarana dan prasarana pendidikan. Dengan pembaharuan ini diharapkan dapat dihasilkan manusia yang kreatif yang sesuai dengan tuntutan jaman, yang pada akhirnya mutu pendidikan di Indonesia meningkat.
Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang sangat penting. Karena pentingnya, matematika diajarkan mulai dari jenjang SD sampai dengan perguruan tinggi (minimal sebagai mata kuliah umum). Sampai saat ini matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang selalu masuk dalam daftar mata pelajaran yang diujikan secara nasional, mulai dari tingkat SD sampai dengan SMA. Bagi siswa selain untuk menunjang dan mengembangkan ilmu-ilmu lainnya, matematika juga diperlukan untuk bekal terjun dan bersosialisasi dalam kehidupan bermasyarakat.
Alasan pentingnya matematika untuk dipelajari karena begitu banyak kegunaannya. Di bawah ini akan diuraikan beberapa kegunaan matematika sederhana yang praktis menurut Russeffendi (2006:208), yaitu:
1. Dengan belajar matematika kita mampu berhitung dan mampu melakukan perhitungan-perhitungan lainnya.
2. Matematika merupakan persyaratan untuk beberapa mata pelajaran lainnya.
3. Dengan belajar matematika perhitungan menjadi lebih sederhana dan praktis.
4. Dengan belajar matematika diharapkan kita mampu menjadi manusia yang berpikir logis, kritis, tekun, bertanggung jawab dan mampu menyelesaikan persoalan.
Seorang guru khususnya guru matematika hendaknya mampu memilih dan menggunakan strategi yang tepat agar siswa dapat aktif dalam belajar baik secara mental, fisik dan sosial.
Pembelajaran matematika akan lebih bermakna dan menarik bagi siswa jika guru menghadirkan masalah-masalah kontekstual dan realistik, yaitu masalah-masalah yang sudah dikenal, dekat dengan kehidupan riil sehari-hari siswa. Masalah kontekstual dapat digunakan sebagai titik awal pembelajaran matematika dalam membantu siswa mengembangkan pengertian terhadap konsep matematika yang dipelajari dan juga bisa digunakan sebagai sumber aplikasi matematika. Prof Dr Zulkardi menjelaskan, menurut De Lange, masalah kontekstual dapat digali dari (1) Situasi Personal Siswa; situasi yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa, baik di rumah dengan keluarga, dengan teman sepermainan, dan sebagainya. (2) Situasi Sekolah/Akademik; situasi yang berkaitan dengan kehidupan akademik di sekolah dan kegiatan-kegiatan yang berkait dengan proses pembelajaran. (3) Situasi Masyarakat; situasi yang terkait dengan kehidupan dan aktivitas masyarakat sekitar di mana siswa tinggal. (4) Situasi Saintifik/matematik; situasi yang berkaitan dengan fenomena substansi secara saintifik atau berkaitan dengan matematika itu sendiri. Dalam proses pembelajaran matematika, tentu saja sering kali siswa juga mengalami kesulitan dengan aktivitas belajarnya.
Oleh karena itu, guru perlu memberikan bantuan/topangan kepada siswa dalam pembelajaran matematika. Seperti diungkapkan oleh Susento, pemberian topangan memungkinkan siswa memecahkan masalah, melaksanakan tugas atau mencapai sasaran yang tidak mungkin diusahakan siswa sendiri. Topangan merupakan semua strategi yang digunakan guru dalam membantu usaha belajar siswa melalui campur tangan yang bersifat memberi dukungan; bentuknya bisa berbagai macam, tetapi semuanya bertujuan untuk memastikan agar siswa mencapai sasaran yang berapa di luar jangkauannya. Topangan yang bisa diberikan guru, misalnya, pemberian petunjuk kecil, pemberian model prosedur penyelesaian tugas, pemberitahuan tentang kekeliruan dalam langkah pengerjaan soal, mengarahkan siswa pada informasi tertentu, menawarkan sudut pandang lain dan usaha menjaga agar rasa frustrasi siswa terhadap tugas tetap berada pada tingkat yang masih dapat ditanggung. Topangan menjadi penanda interaksi sosial antara siswa dan guru yang mendahului terjadinya internalisasi pengetahuan, keterampilan, dan disposisi, dan menjadi alat pembelajaran yang dapat mengurangi keambiguan sehingga meningkatkan kesempatan siswa mengalami perkembangan (Roehler & Cantlon, 1997).
Hampir semua materi matematika dapat dikaitkan dengan kehidupan nyata. Contohnya saja dalam perhitungan luas permukaan suatu bangun, siswa dapat mengaitkan materi tersebut dengan berbagai macam media, bahkan bisa dengan menggunakan media yang ada disekitar mereka seperti bola.
Maka, untuk mengatasi masalah di atas diperlukan model pembelajaran yang dapat melibatkan siswa dalam proses pembelajaran matematika, sehingga terwujud pembelajaran matematika secara optimal. Karena pada dasarnya model pembelajaran Matematika Realistik memiliki beberapa kelebihan yang bisa melibatkan siswa terlibat langsung dalam pembelajaran tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
Dalam pembelajaran matematika di kelas VIII banyak materi yang harus disajikan oleh guru kepada siswa, diantaranya materi luas permukaan bola. Selama ini guru menggunakan metode “Terangkan Catat Latihan”. Metode ini mempunyai kelebihan, yaitu dalam waktu singkat anak memahami materi pelajaran namun tingkat retensi pemahaman siswa tidak optimal. Disamping itu, metode TCL mempunyai kelemahan, yaitu aspek psikis dan sosial anak tidak sepenuhnya terlibat. Untuk meningkatkan retensi pemahaman siswa perlu dilakukan pembelajaran yang melibatkan aspek kognitif, psikis dan sosial siswa secara optimal. Pembelajaran melalui metode pembelajaran matematika realistik dengan media bola tali merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat melibatkan ketiga aspek tersebut. Pembelajaran dengan metode ini diharapkan dapat meningkatkan efektivitas dan retensi pemahaman siswa. Dalam rangka menguji tingkat keefektifan dan tingkat retensi pemahaman siswa antara menggunakan metode Terangkan–Catat–Latihan (TCL) dengan metode pembelajaran matematika realistik dengan media bola tali dalam luas permukaan bola di kelas VIII perlu dilakukan penelitian.

C. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi sekolah tempat penelitian, sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran matematika di sekolah.
2. Bagi guru mata pelajaran, sebagai informasi tentang suatu pendekatan pembelajaran dalam upaya meningkatkan kualitas pengajaran.
3. Bagi peneliti, sebagai pengalaman langsung dalam pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan realistik.
4. Bagi siswa, sebagai motivasi untuk meningkatkan kemampuannya khususnya dalam pelajaran matematika.
5. Mengembangkan metode pembelajaran matematika di SMP yang efektif dan efisien.
6. Meningkatkan retensi pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.

D. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan diri siswa. Perubahan yang merupakan hasil belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan sikap (Winkel, 1991: 14). Belajar juga menghasilkan suatu perubahan tingkah laku keterampilan, kemapuan dan kecakapan serta perubahan-perubahan aspek-aspek lainnya yang ada pada diri siswa yang melakukan kegiatan belajar.
Sudjana (2001: 28), menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pemahamannya, pengetahuannya, sikap dan tingkah lakunya, daya penerimaan dan lain-lain aspek yang ada pada individu siswa.
2. Pengertian Mengajar
Mengajar pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar atau dapat pula dikatakan bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan siswa dan bahan pengajaran sehingga menimbulkan terjadinya proses belajar pada diri siswa.
Mengajar secara efektif sangat bergantung pada pemilihan dan penggunaan metode mengajar yang serasi dengan tujuan mengajar. Cara belajar mengajar yang lebib baik ialah mempergunakan kegiatan siswa- siswa sendiri secara efektif dalam kelas, merencanakan dan melaksanakan kegaiatan-kagiatan sedemikian rupa secara kontinu dan juga melalui kerja kelompok (Hadi, 2003: 141).
3. Pengertian Matematika
Matematika adalah ilmu logika tentang bentuk susunan, besaran, dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama yang lainnya. Matematika terbagi kedalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Dan dapat disimpulkan dari pendapat diatas bahwa matematika adalah ilmu deduktif.
4. Pembelajaran Matematika
Menurut tim MKDK (1996: 10) pembelajaran adalah usaha sadar guru untuk membantu siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya.
5. Matematika Realistik (MR)
Realistic Mathematics Education (RME) merupakan teori belajar mengajar dalam pendidikan matematika. Teori RME pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun 1970 oleh Institut Freudenthal. Teori ini mengacu pada pendapat Freudenthal yang mengatakan bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan aktivitas manusia. Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari. Matematika sebagai aktivitas manusia berarti manusia harus diberikan kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika dengan bimbingan orang dewasa (Gravemeijer, 1994).
Dua jenis matematisasi diformulasikan oleh Treffers (1991), yaitu matematisasi horisontal dan vertikal. Contoh matematisasi horisontal adalah pengidentifikasian, perumusan, dan penvisualisasi masalah dalam cara-cara yang berbeda, dan pentransformasian masalah dunia real ke masalah matematik. Contoh matematisasi vertikal adalah representasi hubungan-hubungan dalam rumus, perbaikan dan penyesuaian model matematik, penggunaan model-model yang berbeda, dan penggeneralisasian. Kedua jenis matematisasi ini mendapat perhatian seimbang, karena kedua matematisasi ini mempunyai nilai sama (Van den Heuvel-Panhuizen, 2000) .
E. METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk dalam penelitian tindakan kelas. Karakteristik yang khas dalam penelitian tindakan kelas yakni adanya tindakan-tindakan (aksi) tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas (Muhtar, 2000:7).
Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini, ada beberapa faktor yang perlu diselidiki. Faktor-faktor yang diselidiki tersebut adalah sebagai berikut:
a. Faktor guru: yaitu dengan memperhatikan bagaimana persiapan materi pelajaran dan media dengan menerapkan pendekatan matematika realistik.
b. Faktor siswa: yaitu dengan memperhatikan apakah pemahaman luas permukaan bola pada siswa tergolong kategori rendah, kategori sedang, atau kategori tinggi.
c. Faktor sumber pendukung: yaitu apakah sumber pelajaran yang digunakan dapat mendukung pelaksanaan pembelajaran yang diterapkan.
F. DATA DAN CARA PENGAMBILAN
1. Sumber data: yaitu personil penelitian terdiri dari siswa dan guru.
2. Jenis data: jenis data yang didapatkan adalah kuantitatif dan kualitatif melalui lembar observasi, tes hasil belajar dan jurnal.
3. Cara pengambilan data;
a. Data tentang kondisi pelaksanaan pembelajaran kaitannya dengan menggunakan lembar observasi.
b. Data tentang prestasi diambil dengan menggunakan tes hasil belajar.
c. Data tentang refleksi diri dengan menggunakan jurnal.

MATEMATIKA DALAM KEHIDUPAN

PENDAHULUAN


Banyak orang menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit dan abstrak (keduanya benar), membosankan, malah menakutkan, hanya punya jawaban tunggal untuk setiap permasalahan, dan hanya dapat dipahami oleh segelintir orang (tidak seharusnya begitu). Ini adalah pandangan lama tentang matematika yang menganggap matematika bersifat absolut, sudah ada di alam sejak semula dan manusia hanya berusaha menemukannya kembali. Pandangan ini diperkuat lagi karena matematika diajarkan sebagai produk jadi yang siap pakai (rumus, algoritma) dan guru mengajarkannya secara mekanistis dan murid hanya pasif.
Pandangan modern tentang matematika adalah sebaliknya: matematika adalah kegiatan manusia, dapat dipahami semua orang dan malah menyenangkan, berguna dalam kehidupan sehari-hari (problem-solving, modeling), suatu permasalahan mungkin mempunyai lebih dari satu jawaban, atau malah mungkin tidak punya jawaban sama sekali. Pandangan ini tentunya mengubah filsafat pendidikan matematika dan para dosen serta guru perlu memahaminya dan mempraktekannya dalam pekerjaannya.
Matematika yang dipahami sebagian besar orang sebagai ilmu hitung semata, memberi kesan bahwa dalam pembelajarannya matematika hanya berkutat seputar angka dan rumus. Sebuah pikiran picik tentunya jika hal ini dimaknai oleh mahasiswa pendidikan Matematika. Sejuta misteri unik sebenarnya tersembunyi di balik tabir matematika baik penggunaan logika dalam berpikir ketika belajar matematika, pola keteraturan matematika yang sering terkait dengan kehidupan sekitar kita, bahkan gaya dan keindahan dibalik setiap angka maupun formula dalam matematika.
Dalam makalah akan membahas tentang Hakekat Matematika, pada bagian kedua membahas tentang kepribadian matematika, dan pada bagian ketiga membahas tentang Apilkasi matematika dalam kehidupan sehari – hari sehingga Matematika tidak hanya bersifat tekstual. Semoga makalah ini bisa berguna bagi para pembaca.





PEMBAHASAN
A. Hakekat Matematika
Berbicara hakekat matematika artinya menguraikan tentang apa matematika itu sebenarnya, apakah matematika itu ilmu deduktif, ilmu induktif, simbol-simbol, ilmu abstrak, dan sebagainya.
Dalam bagian ini akan diuraikan matematika itu :
•Apakah matematika itu?
Matematika adalah suatu ilmu yang timbul karena adanya fikiran-fikiran manusia yang berhubungan dengan idea, proses dan penalaran, matemtika terdiri dari 4 wawasan luas yaitu : aritmatika, aljabar, geometri, dan analisis.
•Matematika adalah ilmu struktur yang terorganisasikan
Hubungan antara unsur-unsur yang tidak terdefinisikan, unsur-unsur yang didefinisikan, aksioma, dan dalil. Yang dapat digambarkan sebagai berikut :
Dalil yang dirumuskan banyak sekali, sehingga matematika terorganisasikan dari unsur-unsur yang tak didefinisikan, unsur-unsur yang didefinisikan, aksioma-aksioma, dan dalil-dalil dimana dalil-dalil itu setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum, karena itu matematika sering disebut sebagai ilmu deduktif.
•Abstraksi dan Generalisasi
Dalam matematika sangat penting adanya abstraksi dan generalisasi. Abstraksi adalah pemahaman melalui pengamatan tentang sifat-sifat bersama yang dimiliki dan sifat-sifat yang tidak dimiliki dalam matematika.
Generalisasi adalah membuat perkiraan berdasarkan pengetahuan yang dikembangkan melalui contoh-contoh khusus.
•Hirarki Matematika
Di dalam pembelajaran matematika, materi yang akan diajarkan harus diperkenalkan terlebih dahulu konsep dasarnya sebagai prasyarat untuk dapat mengikuti materi selanjutnya yang masih berkaitan dengan materi tersebut.
•Pembuktian dalil dalam Matematika
Di dalam membuktikan dalil dalam matematika kita dapat menggunakan modus ponens, modus tolens, teori deduksi, kontra positif, kontra contoh, induksi matematika, dan bukti tidak langsung


B. Kepribadian Matematika
Kepribadian adalah konsep yang dinamis, yang menggambarkan kondisi keseluruhan sistem kejiwaan (psikologis) seseorang, yaitu antara hati, pikiran, ucapan dan tindakan (Arnold, 1988). Dengan demikian maka kepribadian matematika seseorang adalah hasil tempaan dari pemahaman dan pengalamannya tentang matematika.
Banyak pandangan tentang matematika, beberapa mengemukakan tentang ciri objeknya dan ada juga yang memandangnya dari pengaruhnya terhadap pola pikir dan pola tindak seseorang. Bahwa pengalaman tentang matematika dapat membangun pola sikap yang positif, antara lain sikap rasional, sistematis dalam bertindak, kreatif, disiplin, hati-hati dan sikap lain yang pasitif dalam berfikir, berbicara dan bertindak. Kalimat itu dapat dipahami karena matematika berkenaan dengan ide-ide abstrak yang tersusun secara hirarkis penalaran segi dedukatif. Dengan demikian, dari mereka yang mempelajari matematika dengan sungguh-sungguh dan penuh pemahaman diharapkan memiliki sifat-sifat positif, antara lain:
1. Sederhana
Sifat ini dapat terbangun dari konsensus dalam matematika bahwa setiap persyaratan baik dalam penyusunan definisi, teorema, maupun penyelesaian akhir harus disajikan dalam bentuk yang paling sederhana
2. Rasional
setiap langkah dalam penyelesaian secara deduktif harus selalu didasarkan atas alasan yang jelas dan dapat dibuktikan kebenarannya.
3. Sistematis
Dalam setiap langkah kegiatannya selalu dimulai dengan suatu perencanaan yang disusun dalam urutan yang logis dalam pelaksanannya.
4. Kreatif
Dalam pemecahan banyak masalah matematika dituntut kemampuan melakukan rekayasa, manipulasi, bentuk-bentuk aljabar ataupun geometri untuk dapat mudah menemukan jawabnya.
5. Cermat dan hati-hati
Dalam penyusunan definisi harus dipilih kata-kata tertentu dalam susunan yang khusus, sehingga tidak mendua arti. Demikian juga dalam perhitungan, tanpa kehati-hatian dan kecermatan, sekalipun menggunakan perlengkapan canggih, harus di utamakan agar diperoleh hasil yang optimal.
Masih banyak lagi sikap-sikap positif yang menjdi ciri seseorang yang berkepribadian matematika antara lain disiplin, efisien dan sikap lain yang bermanfaat dalam pemecahan masalah.
Tentu saja sifat dan sikap diatas hanya mungkin dimiliki jika seseorang benar-benar hatinya menyadari akan manfaat matematika. Pikirannya senantiasa berusaha meningkatkan penguasaan matematika, ucapannya selalu mengikuti kebiasaan dalam berkalimat dalam matematika dan tindakannya mengikuti prosedur yang selalu dikembangkan dalam pemecahan masalah matematika, yaitu yang tidak semata-mata mengutamakan hasilnya, tetapi lebih mengutamakan bagaimana menempuh langkah yang benar untuk memperoleh hasilnya.
C. Aplikasi matematika dalam kehidupan sehari-hari sehingga matematika tidak hanya bersifat tekstual
Telah banyak pembicaraan tentang berbagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa disekolah. Diantara langkah-langkah itu adalah berupaya agar pelajaran matematika menjadi lebih bermakna sehingga dapat meningkatkan minat siswa terhadap matematika, yang pada gilirannya akan meningkatkan prestasi belajar matematikanya.
Sebagai salah satu ilmu dasar haruslah matematika dapat dikaitkan dan membantu ilmu lainnya. Disamping itu matematika juga dapat mendukung pengembangan teknologi (ketrampilan) yang diciptakan manusia untuk memecahkan masalah-masalah dalam perkembangan kebutuhan manusia.
Jika selama ini pembelajaran matematika di rasakan selalu tekstual, dapat diartikan bahwa matematika yang diajarkan tidak pernah dikaitkan dengan peristiwa nyata atau dikaitkan dengan cabang ilmu yang lain. Salah satu pemecahannya adalah dengan mengkaitkan setiap topik dalam matematika dengan sebanyak mungkin peristiwa nyata dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya dengan menetapkan suatu objek berupa benda atau peristiwa (kejadian tertentu) diusahakan menemukan sebanyak mungkin topik, konsep atau prnsip-prinsip dalam matematika yang terkait dengan benda atau peristiwa itu.
Kita ambil sebagai acuan tentang salah satu pengertian matematika yaitu pengetahuan yang berkenaan dengan studi tentang bilangan, ruang dan bentuk.
Dalam kaitannya dengan pengertian diatas dapatlah disimpulkan bahwa matematika akan menjawab pertanyaan-pertanyaan: berapa, bagaimana letaknya, dan bagaimana wujud atau bentuknya.
Bilangan akan menjawab pertanyaan “berapa”.
Kemampuan keruangan menjawab pertanyaan tentang “bagaiman letaknya”.
Pengetahuan tentang bangun menjawab pertanyaan “bagaimana bentuknya”.
Sebagai contoh:
1. Dalam pembelajaran matematika tentang simetri lipat atau simetri cermin, guru pada akhir pembelejarannyadapat menugaskan siswanya untuk mencari sebanyak-banyaknya benda baik berupa benda alam maupun benda buatan manusia yang memiliki sifat simetri cermin.
2. Ambilah sebuah benda, misalnya tubuh kita sendiri sebagai sasaran perhatian. Guru dapat menugaskan siswa untuk menyebutkan sebanyak mungkin konsep matematika yang dapat dikaitkan dengan bagian-bagian tubuh kita.
Jika siswa menyebutkan “bilangan”, akan dikaitkan dengan banyaknya kepala manusia, banyaknya bola mata, banyaknya jari tangan dan kaki, dan sebagainya.
Jika siswa menyebutkan tentang “ ruang “ maka akan dikaitkan dengan latak dua telinga, letak kedua lubang hidung, letak ruas-ruas selang jari tangan dan sebagainya.
Jika siswa menyebutkian tentang “bentuk” maka dapat dikaitkan dengan bentuk kepala, bentuk telinga, bentuk leher, dan sebagainya.
Tentu saja jawaban yang diharapkan dari siswa disesuaikan dengan jenjang sekolahnya. Makin tinggi tingkatannya makin banyak dan beragam jawabannya. Dengan demikian, tugas yang demikian dapat diberikan seawal mungkin sejak ditingkat akhir Sekolah Dasar.
Dengan langkah demikian maka siswa dikondisikan untuk senantiasa melihat keterkaitan matematika dengan pengetahuan lain, khususnya kaitannya dengan ilmu pengetahuan alam (IPA).
Pembelajaran matematika yang senantiasa mengkaitkan setiap topik dengan pemanfaatannya atau penerapannya dalam teknologi juga akan menghindari pembelajaran matematika yang tekstual.
Tentu saja pemahaman akan kemanfaatan atau peranan suatu topik matematika akan menjadi lebih dapat dipahami dengan bantuan media khususnya alat peraga yang tepat.
Dalam kaitan inilah maka implikasinya pengembangan media atau alat peraga pada pembelajaran matematika harus sekurang-kurangnya dapat berperan untuk :
• membentu penanaman konsep
• membantu pemahaman teorema
• membantu menunjukkan kegunaan, kemanfaatan atau peranannya dalam pengembangan teknologi.
• membantu menunjukkan keterkaitannya dengan peristiwa atau benda alam ciptaan tuhan, Allah SWT.
• Adalah tugas dan kewajiban kita semua untuk senantiasa melakukan upaya agar pembelajaran matematika dapat dirasakan bermakna bagi siswa.


PENUTUP

A. Hakekat Matematika
Berbicara hakekat matematika artinya menguraikan tentang apa matematika itu sebenarnya, apakah matematika itu ilmu deduktif, ilmu induktif, simbol-simbol, ilmu abstrak, dan sebagainya.
B. Kepribadian Matematika
Kepribadian adalah konsep yang dinamis, yang menggambarkan kondisi keseluruhan sistem kejiwaan (psikologis) seseorang, yaitu antara hati, pikiran, ucapan dan tindakan (Arnold, 1988). Dengan demikian maka kepribadian matematika seseorang adalah hasil tempaan dari pemahaman dan pengalamannya tentang matematika.
C. Aplikasi matematika dalam kehidupan sehari-hari sehingga matematika tidak hanya bersifat tekstual
Jika selama ini pembelajaran matematika di rasakan selalu tekstual, dapat diartikan bahwa matematika yang diajarkan tidak pernah dikaitkan dengan peristiwa nyata atau dikaitkan dengan cabang ilmu yang lain. Salah satu pemecahannya adalah dengan mengkaitkan setiap topik dalam matematika dengan sebanyak mungkin peristiwa nyata dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya dengan menetapkan suatu objek berupa benda atau peristiwa (kejadian tertentu) diusahakan menemukan sebanyak mungkin topik, konsep atau prnsip-prinsip dalam matematika yang terkait dengan benda atau peristiwa itu.
Kita ambil sebagai acuan tentang salah satu pengertian matematika yaitu pengetahuan yang berkenaan dengan studi tentang bilangan, ruang dan bentuk. Dalam kaitannya dengan pengertian diatas dapatlah disimpulkan bahwa matematika akan menjawab pertanyaan-pertanyaan: berapa, bagaimana letaknya, dan bagaimana wujud atau bentuknya.

BIMBINGAN DAN KONSELING

PENDAHULUAN

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Karena pendidikan mempunyai pengaruh yang dinamis dalam kehidupan manusia di masa depan. Hal ini didasarkan pada peranan pendidikan untuk mengembangkan potensi siswa secara optimal dalam aspek fisik, intelektual, emosional, sosial dan spiritual.

Dalam perkembangannya, pendidikan yang dilaksanakan di sekolah tidak hanya terfokus pada kegiatan belajar dan mengajar saja. Akan tetapi, pendidikan juga harus berisikan pembinaan terhadap siswa terutama dalam mengembangkan bakat, motivasi dan prestasi belajar siswa tersebut.
Kenyataan yang dihadapi dunia pendidikan Indonesia pada umumnya, masih terdapat kecenderungan bahwa pendidikan belum sepenuhnya dapat membantu Perkembangan siswa secara optimal, secara akademis masih nampak gejala bahwa anak didik belum mencapai prestasi belajar secara optimal. Hal ini nampak antara lain dalam gejala-gejala putus sekolah, tinggal kelas, lambat belajar serta motivasi belajar rendah.

Secara psikologis masih banyak gejala-gejala perkembangan kepribadian yang kurang matang, gejala salah suai, kurang rensposif, ketergantungan serta pribadi yang tidak seimbang. Demikian juga secara sosial ada kecenderungan anak didik belum memiliki kemampuan penyesuaian sosial secara memadai. Sehubungan dengan hal itu, layanan bimbingan konseling diperlukan dalam membantu proses dan pencapaian tujuan pendidikan.

Makalah ini akan membahas tentang Hakikat dan Fungsi Bimbingan dan Konseling di SD. Pada bagian ke 2, akan dibahas tentang fungsionalisasi layanan bimbingan konseling, dan dilanjutkan dengan hubungan antara bakat, motivasi dan prestasi belajar siswa pada bagian ke 3. Pada bagian berikutnya, akan dibahas tentang upaya dan cara yang dilakukan konselor dalam mengembangkan bakat, motivasi dan prestasi belajar siswa. Setelah membahas beberapa masalah yang dihadapi, pada bagian terakhir merangkum point-point penting dalam makalah ini

BAB II

PEMBAHASAN

1. Hakikat Bimbingan dan Konseling di SD
M. Surya (1988:12) berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian atau layanan bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan.
Bimbingan ialah penolong individu agar dapat mengenal dirinya dan supaya individu itu dapat mengenal serta dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi di dalam kehidupannya (Oemar Hamalik, 2000:193).
Bimbingan adalah suatu proses yang terus-menerus untuk membantu perkembangan individu dalam rangka mengembangkan kemampuannya secara maksimal untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat (Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang, 1990:11).
Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik sebuah inti sari bahwa bimbingan dalam penelitian ini merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan kepada individu agar dapat mengembangkan kemampuannya seoptimal mungkin, dan membantu siswa agar memahami dirinya (self understanding), menerima dirinya (self acceptance), mengarahkan dirinya (self direction), dan merealisasikan dirinya (self realization).
Konseling adalah proses pemberian yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien (Prayitno, 1997:106).
Konseling merupakan upaya bantuan yang diberikan kepada seseorang supaya dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan pada diri sendiri, untuk dimanfaatkan olehnya dan memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan datang (Mungin Eddy Wibowo, 1986:39).
Dari pengertin tersebut, dapat penulis sampaikan ciri-ciri pokok konseling, yaitu:
(1) adanya bantuan dari seorang ahli,
(2) proses pemberian bantuan dilakukan dengan wawancara konseling,
(3) bantuan diberikan kepada individu yang mengalami masalah agar memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri dalam mengatasi masalah guna memperbaiki tingkah lakunya di masa yang akan data
ng.

2. Fungsi Bimbingan dan Konseling di SD
Sugiyo dkk (1987:14) menyatakan bahwa ada tiga fungsi bimbingan dan konseling, yaitu:
a. Fungsi penyaluran ( distributif )
Fungsi penyaluran ialah fungsi bimbingan dalam membantu menyalurkan siswa-siswa dalam memilih program-program pendidikan yang ada di sekolah, memilih jurusan sekolah, memilih jenis sekolah sambungan ataupun lapangan kerja yang sesuai dengan bakat, minat, cita-cita dan ciri- ciri kepribadiannya. Di samping itu fungsi ini meliputi pula bantuan untuk memiliki kegiatan-kegiatan di sekolah antara lain membantu menempatkan anak dalam kelompok belajar, dan lain-lain.
b. Fungsi penyesuaian ( adjustif )
Fungsi penyesuaian ialah fungsi bimbingan dalam membantu siswa untuk memperoleh penyesuaian pribadi yang sehat. Dalam berbagai teknik bimbingan khususnya dalam teknik konseling, siswa dibantu menghadapi dan memecahkan masalah-masalah dan kesulitan-kesulitannya. Fungsi ini juga membantu siswa dalam usaha mengembangkan dirinya secara optimal.
c. Fungsi adaptasi ( adaptif )
Fungsi adaptasi ialah fungsi bimbingan dalam rangka membantu staf sekolah khususnya guru dalam mengadaptasikan program pengajaran dengan ciri khusus dan kebutuhan pribadi siswa-siswa. Dalam fungsi ini pembimbing menyampaikan data tentang ciri-ciri, kebutuhan minat dan kemampuan serta kesulitan-kesulitan siswa kepada guru. Dengan data ini guru berusaha untuk merencanakan pengalaman belajar bagi para siswanya. Sehingga para siswa memperoleh pengalaman belajar yang sesuai dengan bakat, cita-cita, kebutuhan dan minat (Sugiyo, 1987:14)

3. Fungsionalisasi Layanan Bimbingan dan Konseling
Anak-anak, remaja dan orang-orang dewasa dalam keluarga, dalam lembaga-lembaga kerja dan dalam organisasi serta lembaga-lembaga kemasyarakan pada umumnya mempunyai kemungkinan untuk menghadapi masalah dalam kehidupan dan dalam rangka mengupayakan pengembangan manusia seutuhnya. Tentunya upaya tersebut tidak terhindar dari berbagai sumber rintangan dan kegagalan sehingga penyelenggaraan bimbingan dan konseling perlu dilakukan secara luas dan mendalam yang mencakup segenap kehidupan manusia. Pengajaran di kelas saja tidak cukup memadai untuk menjawab tuntutan penyelenggaraan pendidikan yang luas dan mendalam.


Bimbingan dan konseling merupakan pelayanan dari, untuk dan oleh manusia.

Menurut Djoko Budi Santoso (2006: 18) menyatakan bahwa:
Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus-menerus dan sistematis oleh pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan.
Sedangkan konseling merupakan salah satu teknik pelayanan dalam bimbingan secara keseluruhan.
Dalam pendidikan, peran bimbingan dan konseling lebih identik sebagai polisi sekolah. Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa bimbingan konseling merupakan tempat bagi siswa yang bermasalah. Memang pada kenyataannya siswa kurang mengfungsikan layanan bimbingan dan konseling, karena mereka merasa jika mereka tidak bermasalah maka bimbingan konseling tidak diperlukan.
Untuk menghadapi masalah tersebut, diperlukan fungsionalisasi layanan bimbingan dan konseling melalui pendekatan-pendekatan yang bersifat personal. Dengan memberikan pemahaman bahwa melalui layanan bimbingan konseling, siswa akan memperoleh banyak informasi, sebagai tempat untuk lebih meningkatkan bakat, motivasi dan prestasi belajar.
Bimbingan konseling memperhatikan potensi yang dimiliki oleh setiap siswa, berdasarkan tes intelegensia. Dalam hal ini bimbingan dan konseling harus bisa mengklasifikasikan potensi siswa sesuai dengan bidangnya masing-masing. Contohnya apabila ada seorang siswa yang memiliki kemampuan dibidang seni seperti menyanyi, bimbingan konseling bisa membantu siswa tersebut dengan mengikutsertakan dalam perlombaan baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Selain itu seorang konselor juga harus bisa memberikan motivasi kepada siswa tersebut agar terus meningkatkan potensi belajar di sekolah. Sehingga siswa merasa perhatian yang diberikan oleh seorang konselor menjadikan siswa lebih bertanggung jawab dalam belajar dan karir.


Djoko Budi Santoso (2006: 34) mengemukakan layanan bimbingan konseling memiliki fungsi:
1. Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan yang akan menghasilkan pemahaman diri yang meliputi siswa, orang tua, guru, pembimbing, lingkungan siswa dan informasi.
2. Fungsi pencegahan, untuk menghindarkan siswa dari berbagai permasalahan yang dapat menghambat perkembangan siswa.
3. Fungsi perbaikan, yaitu untuk memecahkan masalah yang dihadapi siswa.
4. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan, yaitu untuk membantu siswa dalam memelihara dan mengembangkan potensi dan kondisi positif siswa secara terarah dan mantap.

4. Hubungan antara bakat, motivasi dan prestasi belajar siswa
Salah satu tujuan dalam layanan bimbingan dan konseling adalah untuk mengembangkan bakat, motivasi dan prestasi belajar siswa. Ketiga hal tersebut memiliki keterkaitan yang erat dalam pelaksanaan proses pendidikan di sekolah. Bakat tidak akan berkembang jika tidak ada motivasi baik dari dalam diri siswa maupun dari lingkungan sekitar. Jika motivasi tidak ada maka akan berpengaruh pada prestasi belajar di sekolah.
Secara umum, "bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang" (Muhibbin Syah, 2003: 150).
Dengan demikian, setiap siswa pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Secara global, bakat itu memiliki kesamaan dengan intelegensi. Itulah sebabnya seorang siswa yang berintelegensi sangat cerdas (superior) atau cerdas luar biasa (very superior) disebut sebagai talented child, yaitu siswa berbakat. Jika seorang siswa yang berbakat dalam bidang seni suara akan jauh lebih mudah menyerap informasi, pengetahuan dan ketrampilan yang berhubungan dengan bidang tersebut.
Bakat dapat mempengaruhi prestasi belajar. Oleh sebab itu, suatu hal yang tidak bijaksana apabila orang tua memaksakan kehendaknya untuk menyekolahkan anaknya pada jurusan keahlian tertentu tanpa mengetahui terlebih dahulu bakat yang dimiliki anaknya . Karena pemaksaan kehendak terhadap siswa dan juga ketidak sadaran siswa terhadap bakatnya akan berpengaruh terhadap kinerja akademik atau prestasi belajar. Sehingga untuk mengatasi masalah ini, peran serta bimbingan dan konseling diperlukan dalam dalam membantu siswa untuk memilih bidang pendidikan yang sesuai dengan bakatnya.


Selain bakat, motivasi juga diperlukan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Karena dalam motivasi memiliki unsur dorongan dan semangat yang diperlukan siswa. Motivasi bisa diperoleh dari diri siswa itu sendiri dan juga motivasi yang diperoleh dari dari luar siswa. Motifasi yang lebih signifikan bagi siswa adalah motivasi dari dalam siswa, karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh dari orang lain. Akan tetapi kembali pada kodrat manusia, bahwa setiap siswa juga membutuhkan motivasi dari orang lain. Dalam artian konselor diperlukan dalam memotivasi siswa dalam proses pendidikan.
Prestasi siswa merupakan penghargaan yang diperoleh baik secara akademis maupun yang diperoleh melalui bidang lain. Prestasi siswa menentukan berhasilnya proses pendidikan. Jika siswa mampu memperoleh prestasi yang baik maka pendidikan akan berjalan sesuai dengan tujuan yaitu untuk memperoleh perkembangan secara optimal.
Melalui media bimbingan konseling, konselor akan mengetahui tingkat kecerdasan siswa yaitu dengan mengadakan tes intelegensi (IQ). Intelegensi dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangn atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat.
Tingkat kecerdasan siswa sangat menetukan keberhasilan belajar siswa. Semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih prestasi yang lebih baik. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh prestasi. Tetapi intelegensi tidak menjadi dasar mutlak untuk menentukan prestasi siswa. Karena melalui motivasi yang diperoleh dari lingkungan akan membantu prestasi belajar siswa.

5. Upaya yang dilakukan konselor dalam mengembangkan bakat, motivasi dan
prestasi belajar siswa
Untuk dapat mengembangkan bakat, motivasi dan prestasi belajar siswa, ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh konselor sebagai pemberi layanan bimbingan konseling, yaitu:
1. Konselor harus menyediakan berbagai informasi yang diperlukan siswa dalam proses pendidikan.
2. Konselor harus mampu bertindak bukan sebagai polisi sekolah, akan tetapi juga sebagai media dalam mengembangkan bakat siswa.


3. Konselor dapat mengklasifikasikan bakat siswa berdasarkan tes kemampuan khusus untuk memudahkan siswa dalam mengembangkan karirnya.
4. Konselor harus dapat bertindak sebagai motivator tidak terbatas pada siswa yang berprestasi saja, tetapi juga terhadap siswa lainnya.
5. Konselor harus mengetahui cara-cara mengatasi kesulitan belajar siswa.
6. Konselor harus mampu mengembangkan hobi siswa secara positif sehingga berguna di kemudian hari.
7. Konselor harus memahami perlunya penyesuaian antara cita-cita dan pendidikan.

6. Cara Membagkitkan Motivasi Belajar Siswa

Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Adapun menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan di dahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald ini mengandung tiga elemen/ciri pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi itu mengawalinya terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya tujuan.

Namun pada intinya bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.

Motivasi ada dua, yaitu motivasi Intrinsik dan motivasi ektrinsik.
• Motivasi Intrinsik. Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri.
• Motivasi Ekstrinsik. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.

Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut:

1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.
Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siwa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.

2. Hadiah
Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.

3. Saingan/kompetisi
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.

4. Pujian
Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.

5. Hukuman
Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.

6. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.

7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik
8. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok
9. Menggunakan metode yang bervariasi, dan
10. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran

SIMPULAN

Secara umum, pendidikan yang baik tidak hanya melalui proses belajar dan mengajar saja. Tetapi, pendidikan harus bisa memberikan pembinaan yang lebih mendalam terhadap siswa. Hal ini bertujuan agar siswa mampu mengembangkan diri secara optimal. Melalui bimbingan konseling diharapkan siswa akan memperoleh semua kebutuhan yang diperoleh dalam mengembangkan bakat, motivasi dan prestasi belajar siswa. Dengan harapan proses pendidikan dapat berjalan dengan baik melalui fungsionalisasi layanan bimbingan konseling.

Untuk dapat mengembangkan bakat, motivasi dan prestasi belajar siswa, ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh konselor sebagai pemberi layanan bimbingan konseling, yaitu:
1. Konselor harus menyediakan berbagai informasi yang diperlukan siswa dalam proses pendidikan.
2. Konselor harus mampu bertindak bukan sebagai polisi sekolah, akan tetapi juga sebagai media dalam mengembangkan bakat siswa.
3. Konselor dapat mengklasifikasikan bakat siswa berdasarkan tes kemampuan khusus untuk memudahkan siswa dalam mengembangkan karirnya.
4. Konselor harus dapat bertindak sebagai motivator tidak terbatas pada siswa yang berprestasi saja, tetapi juga terhadap siswa lainnya.
5. Konselor harus mengetahui cara-cara mengatasi kesulitan belajar siswa.
6. Konselor harus mampu mengembangkan hobi siswa secara positif sehingga berguna di kemudian hari.
7. Konselor harus memahami perlunya penyesuaian antara cita-cita dan pendidikan.

Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut:

1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.

2. Hadiah
3. Saingan/kompetisi
4. Pujian
5. Hukuman
6. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar
7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik
8. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok
9. Menggunakan metode yang bervariasi, dan
10. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran