Kamis, 21 Januari 2010

PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIS UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA

A. LATAR BELAKANG
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut Pemerintah Republik Indonesia melalui Departemen Pendidikan Nasional berupaya mengadakan perbaikan dan pembaharuan sistem pendidikan di Indonesia, yaitu dalam bentuk pembaharuan kurikulum, penataan guru, peningkatan manajemen pendidikan, serta pembangunan sarana dan prasarana pendidikan. Dengan pembaharuan ini diharapkan dapat dihasilkan manusia yang kreatif yang sesuai dengan tuntutan jaman, yang pada akhirnya mutu pendidikan di Indonesia meningkat.
Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang sangat penting. Karena pentingnya, matematika diajarkan mulai dari jenjang SD sampai dengan perguruan tinggi (minimal sebagai mata kuliah umum). Sampai saat ini matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang selalu masuk dalam daftar mata pelajaran yang diujikan secara nasional, mulai dari tingkat SD sampai dengan SMA. Bagi siswa selain untuk menunjang dan mengembangkan ilmu-ilmu lainnya, matematika juga diperlukan untuk bekal terjun dan bersosialisasi dalam kehidupan bermasyarakat.
Alasan pentingnya matematika untuk dipelajari karena begitu banyak kegunaannya. Di bawah ini akan diuraikan beberapa kegunaan matematika sederhana yang praktis menurut Russeffendi (2006:208), yaitu:
1. Dengan belajar matematika kita mampu berhitung dan mampu melakukan perhitungan-perhitungan lainnya.
2. Matematika merupakan persyaratan untuk beberapa mata pelajaran lainnya.
3. Dengan belajar matematika perhitungan menjadi lebih sederhana dan praktis.
4. Dengan belajar matematika diharapkan kita mampu menjadi manusia yang berpikir logis, kritis, tekun, bertanggung jawab dan mampu menyelesaikan persoalan.
Seorang guru khususnya guru matematika hendaknya mampu memilih dan menggunakan strategi yang tepat agar siswa dapat aktif dalam belajar baik secara mental, fisik dan sosial.
Pembelajaran matematika akan lebih bermakna dan menarik bagi siswa jika guru menghadirkan masalah-masalah kontekstual dan realistik, yaitu masalah-masalah yang sudah dikenal, dekat dengan kehidupan riil sehari-hari siswa. Masalah kontekstual dapat digunakan sebagai titik awal pembelajaran matematika dalam membantu siswa mengembangkan pengertian terhadap konsep matematika yang dipelajari dan juga bisa digunakan sebagai sumber aplikasi matematika. Prof Dr Zulkardi menjelaskan, menurut De Lange, masalah kontekstual dapat digali dari (1) Situasi Personal Siswa; situasi yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa, baik di rumah dengan keluarga, dengan teman sepermainan, dan sebagainya. (2) Situasi Sekolah/Akademik; situasi yang berkaitan dengan kehidupan akademik di sekolah dan kegiatan-kegiatan yang berkait dengan proses pembelajaran. (3) Situasi Masyarakat; situasi yang terkait dengan kehidupan dan aktivitas masyarakat sekitar di mana siswa tinggal. (4) Situasi Saintifik/matematik; situasi yang berkaitan dengan fenomena substansi secara saintifik atau berkaitan dengan matematika itu sendiri. Dalam proses pembelajaran matematika, tentu saja sering kali siswa juga mengalami kesulitan dengan aktivitas belajarnya.
Oleh karena itu, guru perlu memberikan bantuan/topangan kepada siswa dalam pembelajaran matematika. Seperti diungkapkan oleh Susento, pemberian topangan memungkinkan siswa memecahkan masalah, melaksanakan tugas atau mencapai sasaran yang tidak mungkin diusahakan siswa sendiri. Topangan merupakan semua strategi yang digunakan guru dalam membantu usaha belajar siswa melalui campur tangan yang bersifat memberi dukungan; bentuknya bisa berbagai macam, tetapi semuanya bertujuan untuk memastikan agar siswa mencapai sasaran yang berapa di luar jangkauannya. Topangan yang bisa diberikan guru, misalnya, pemberian petunjuk kecil, pemberian model prosedur penyelesaian tugas, pemberitahuan tentang kekeliruan dalam langkah pengerjaan soal, mengarahkan siswa pada informasi tertentu, menawarkan sudut pandang lain dan usaha menjaga agar rasa frustrasi siswa terhadap tugas tetap berada pada tingkat yang masih dapat ditanggung. Topangan menjadi penanda interaksi sosial antara siswa dan guru yang mendahului terjadinya internalisasi pengetahuan, keterampilan, dan disposisi, dan menjadi alat pembelajaran yang dapat mengurangi keambiguan sehingga meningkatkan kesempatan siswa mengalami perkembangan (Roehler & Cantlon, 1997).
Hampir semua materi matematika dapat dikaitkan dengan kehidupan nyata. Contohnya saja dalam perhitungan luas permukaan suatu bangun, siswa dapat mengaitkan materi tersebut dengan berbagai macam media, bahkan bisa dengan menggunakan media yang ada disekitar mereka seperti bola.
Maka, untuk mengatasi masalah di atas diperlukan model pembelajaran yang dapat melibatkan siswa dalam proses pembelajaran matematika, sehingga terwujud pembelajaran matematika secara optimal. Karena pada dasarnya model pembelajaran Matematika Realistik memiliki beberapa kelebihan yang bisa melibatkan siswa terlibat langsung dalam pembelajaran tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
Dalam pembelajaran matematika di kelas VIII banyak materi yang harus disajikan oleh guru kepada siswa, diantaranya materi luas permukaan bola. Selama ini guru menggunakan metode “Terangkan Catat Latihan”. Metode ini mempunyai kelebihan, yaitu dalam waktu singkat anak memahami materi pelajaran namun tingkat retensi pemahaman siswa tidak optimal. Disamping itu, metode TCL mempunyai kelemahan, yaitu aspek psikis dan sosial anak tidak sepenuhnya terlibat. Untuk meningkatkan retensi pemahaman siswa perlu dilakukan pembelajaran yang melibatkan aspek kognitif, psikis dan sosial siswa secara optimal. Pembelajaran melalui metode pembelajaran matematika realistik dengan media bola tali merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat melibatkan ketiga aspek tersebut. Pembelajaran dengan metode ini diharapkan dapat meningkatkan efektivitas dan retensi pemahaman siswa. Dalam rangka menguji tingkat keefektifan dan tingkat retensi pemahaman siswa antara menggunakan metode Terangkan–Catat–Latihan (TCL) dengan metode pembelajaran matematika realistik dengan media bola tali dalam luas permukaan bola di kelas VIII perlu dilakukan penelitian.

C. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi sekolah tempat penelitian, sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran matematika di sekolah.
2. Bagi guru mata pelajaran, sebagai informasi tentang suatu pendekatan pembelajaran dalam upaya meningkatkan kualitas pengajaran.
3. Bagi peneliti, sebagai pengalaman langsung dalam pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan realistik.
4. Bagi siswa, sebagai motivasi untuk meningkatkan kemampuannya khususnya dalam pelajaran matematika.
5. Mengembangkan metode pembelajaran matematika di SMP yang efektif dan efisien.
6. Meningkatkan retensi pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.

D. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan diri siswa. Perubahan yang merupakan hasil belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan sikap (Winkel, 1991: 14). Belajar juga menghasilkan suatu perubahan tingkah laku keterampilan, kemapuan dan kecakapan serta perubahan-perubahan aspek-aspek lainnya yang ada pada diri siswa yang melakukan kegiatan belajar.
Sudjana (2001: 28), menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pemahamannya, pengetahuannya, sikap dan tingkah lakunya, daya penerimaan dan lain-lain aspek yang ada pada individu siswa.
2. Pengertian Mengajar
Mengajar pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar atau dapat pula dikatakan bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan siswa dan bahan pengajaran sehingga menimbulkan terjadinya proses belajar pada diri siswa.
Mengajar secara efektif sangat bergantung pada pemilihan dan penggunaan metode mengajar yang serasi dengan tujuan mengajar. Cara belajar mengajar yang lebib baik ialah mempergunakan kegiatan siswa- siswa sendiri secara efektif dalam kelas, merencanakan dan melaksanakan kegaiatan-kagiatan sedemikian rupa secara kontinu dan juga melalui kerja kelompok (Hadi, 2003: 141).
3. Pengertian Matematika
Matematika adalah ilmu logika tentang bentuk susunan, besaran, dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama yang lainnya. Matematika terbagi kedalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Dan dapat disimpulkan dari pendapat diatas bahwa matematika adalah ilmu deduktif.
4. Pembelajaran Matematika
Menurut tim MKDK (1996: 10) pembelajaran adalah usaha sadar guru untuk membantu siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya.
5. Matematika Realistik (MR)
Realistic Mathematics Education (RME) merupakan teori belajar mengajar dalam pendidikan matematika. Teori RME pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun 1970 oleh Institut Freudenthal. Teori ini mengacu pada pendapat Freudenthal yang mengatakan bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan aktivitas manusia. Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari. Matematika sebagai aktivitas manusia berarti manusia harus diberikan kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika dengan bimbingan orang dewasa (Gravemeijer, 1994).
Dua jenis matematisasi diformulasikan oleh Treffers (1991), yaitu matematisasi horisontal dan vertikal. Contoh matematisasi horisontal adalah pengidentifikasian, perumusan, dan penvisualisasi masalah dalam cara-cara yang berbeda, dan pentransformasian masalah dunia real ke masalah matematik. Contoh matematisasi vertikal adalah representasi hubungan-hubungan dalam rumus, perbaikan dan penyesuaian model matematik, penggunaan model-model yang berbeda, dan penggeneralisasian. Kedua jenis matematisasi ini mendapat perhatian seimbang, karena kedua matematisasi ini mempunyai nilai sama (Van den Heuvel-Panhuizen, 2000) .
E. METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk dalam penelitian tindakan kelas. Karakteristik yang khas dalam penelitian tindakan kelas yakni adanya tindakan-tindakan (aksi) tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas (Muhtar, 2000:7).
Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini, ada beberapa faktor yang perlu diselidiki. Faktor-faktor yang diselidiki tersebut adalah sebagai berikut:
a. Faktor guru: yaitu dengan memperhatikan bagaimana persiapan materi pelajaran dan media dengan menerapkan pendekatan matematika realistik.
b. Faktor siswa: yaitu dengan memperhatikan apakah pemahaman luas permukaan bola pada siswa tergolong kategori rendah, kategori sedang, atau kategori tinggi.
c. Faktor sumber pendukung: yaitu apakah sumber pelajaran yang digunakan dapat mendukung pelaksanaan pembelajaran yang diterapkan.
F. DATA DAN CARA PENGAMBILAN
1. Sumber data: yaitu personil penelitian terdiri dari siswa dan guru.
2. Jenis data: jenis data yang didapatkan adalah kuantitatif dan kualitatif melalui lembar observasi, tes hasil belajar dan jurnal.
3. Cara pengambilan data;
a. Data tentang kondisi pelaksanaan pembelajaran kaitannya dengan menggunakan lembar observasi.
b. Data tentang prestasi diambil dengan menggunakan tes hasil belajar.
c. Data tentang refleksi diri dengan menggunakan jurnal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar