Kamis, 21 Januari 2010

BIMBINGAN DAN KONSELING

PENDAHULUAN

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Karena pendidikan mempunyai pengaruh yang dinamis dalam kehidupan manusia di masa depan. Hal ini didasarkan pada peranan pendidikan untuk mengembangkan potensi siswa secara optimal dalam aspek fisik, intelektual, emosional, sosial dan spiritual.

Dalam perkembangannya, pendidikan yang dilaksanakan di sekolah tidak hanya terfokus pada kegiatan belajar dan mengajar saja. Akan tetapi, pendidikan juga harus berisikan pembinaan terhadap siswa terutama dalam mengembangkan bakat, motivasi dan prestasi belajar siswa tersebut.
Kenyataan yang dihadapi dunia pendidikan Indonesia pada umumnya, masih terdapat kecenderungan bahwa pendidikan belum sepenuhnya dapat membantu Perkembangan siswa secara optimal, secara akademis masih nampak gejala bahwa anak didik belum mencapai prestasi belajar secara optimal. Hal ini nampak antara lain dalam gejala-gejala putus sekolah, tinggal kelas, lambat belajar serta motivasi belajar rendah.

Secara psikologis masih banyak gejala-gejala perkembangan kepribadian yang kurang matang, gejala salah suai, kurang rensposif, ketergantungan serta pribadi yang tidak seimbang. Demikian juga secara sosial ada kecenderungan anak didik belum memiliki kemampuan penyesuaian sosial secara memadai. Sehubungan dengan hal itu, layanan bimbingan konseling diperlukan dalam membantu proses dan pencapaian tujuan pendidikan.

Makalah ini akan membahas tentang Hakikat dan Fungsi Bimbingan dan Konseling di SD. Pada bagian ke 2, akan dibahas tentang fungsionalisasi layanan bimbingan konseling, dan dilanjutkan dengan hubungan antara bakat, motivasi dan prestasi belajar siswa pada bagian ke 3. Pada bagian berikutnya, akan dibahas tentang upaya dan cara yang dilakukan konselor dalam mengembangkan bakat, motivasi dan prestasi belajar siswa. Setelah membahas beberapa masalah yang dihadapi, pada bagian terakhir merangkum point-point penting dalam makalah ini

BAB II

PEMBAHASAN

1. Hakikat Bimbingan dan Konseling di SD
M. Surya (1988:12) berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian atau layanan bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan.
Bimbingan ialah penolong individu agar dapat mengenal dirinya dan supaya individu itu dapat mengenal serta dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi di dalam kehidupannya (Oemar Hamalik, 2000:193).
Bimbingan adalah suatu proses yang terus-menerus untuk membantu perkembangan individu dalam rangka mengembangkan kemampuannya secara maksimal untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat (Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang, 1990:11).
Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik sebuah inti sari bahwa bimbingan dalam penelitian ini merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan kepada individu agar dapat mengembangkan kemampuannya seoptimal mungkin, dan membantu siswa agar memahami dirinya (self understanding), menerima dirinya (self acceptance), mengarahkan dirinya (self direction), dan merealisasikan dirinya (self realization).
Konseling adalah proses pemberian yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien (Prayitno, 1997:106).
Konseling merupakan upaya bantuan yang diberikan kepada seseorang supaya dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan pada diri sendiri, untuk dimanfaatkan olehnya dan memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan datang (Mungin Eddy Wibowo, 1986:39).
Dari pengertin tersebut, dapat penulis sampaikan ciri-ciri pokok konseling, yaitu:
(1) adanya bantuan dari seorang ahli,
(2) proses pemberian bantuan dilakukan dengan wawancara konseling,
(3) bantuan diberikan kepada individu yang mengalami masalah agar memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri dalam mengatasi masalah guna memperbaiki tingkah lakunya di masa yang akan data
ng.

2. Fungsi Bimbingan dan Konseling di SD
Sugiyo dkk (1987:14) menyatakan bahwa ada tiga fungsi bimbingan dan konseling, yaitu:
a. Fungsi penyaluran ( distributif )
Fungsi penyaluran ialah fungsi bimbingan dalam membantu menyalurkan siswa-siswa dalam memilih program-program pendidikan yang ada di sekolah, memilih jurusan sekolah, memilih jenis sekolah sambungan ataupun lapangan kerja yang sesuai dengan bakat, minat, cita-cita dan ciri- ciri kepribadiannya. Di samping itu fungsi ini meliputi pula bantuan untuk memiliki kegiatan-kegiatan di sekolah antara lain membantu menempatkan anak dalam kelompok belajar, dan lain-lain.
b. Fungsi penyesuaian ( adjustif )
Fungsi penyesuaian ialah fungsi bimbingan dalam membantu siswa untuk memperoleh penyesuaian pribadi yang sehat. Dalam berbagai teknik bimbingan khususnya dalam teknik konseling, siswa dibantu menghadapi dan memecahkan masalah-masalah dan kesulitan-kesulitannya. Fungsi ini juga membantu siswa dalam usaha mengembangkan dirinya secara optimal.
c. Fungsi adaptasi ( adaptif )
Fungsi adaptasi ialah fungsi bimbingan dalam rangka membantu staf sekolah khususnya guru dalam mengadaptasikan program pengajaran dengan ciri khusus dan kebutuhan pribadi siswa-siswa. Dalam fungsi ini pembimbing menyampaikan data tentang ciri-ciri, kebutuhan minat dan kemampuan serta kesulitan-kesulitan siswa kepada guru. Dengan data ini guru berusaha untuk merencanakan pengalaman belajar bagi para siswanya. Sehingga para siswa memperoleh pengalaman belajar yang sesuai dengan bakat, cita-cita, kebutuhan dan minat (Sugiyo, 1987:14)

3. Fungsionalisasi Layanan Bimbingan dan Konseling
Anak-anak, remaja dan orang-orang dewasa dalam keluarga, dalam lembaga-lembaga kerja dan dalam organisasi serta lembaga-lembaga kemasyarakan pada umumnya mempunyai kemungkinan untuk menghadapi masalah dalam kehidupan dan dalam rangka mengupayakan pengembangan manusia seutuhnya. Tentunya upaya tersebut tidak terhindar dari berbagai sumber rintangan dan kegagalan sehingga penyelenggaraan bimbingan dan konseling perlu dilakukan secara luas dan mendalam yang mencakup segenap kehidupan manusia. Pengajaran di kelas saja tidak cukup memadai untuk menjawab tuntutan penyelenggaraan pendidikan yang luas dan mendalam.


Bimbingan dan konseling merupakan pelayanan dari, untuk dan oleh manusia.

Menurut Djoko Budi Santoso (2006: 18) menyatakan bahwa:
Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus-menerus dan sistematis oleh pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan.
Sedangkan konseling merupakan salah satu teknik pelayanan dalam bimbingan secara keseluruhan.
Dalam pendidikan, peran bimbingan dan konseling lebih identik sebagai polisi sekolah. Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa bimbingan konseling merupakan tempat bagi siswa yang bermasalah. Memang pada kenyataannya siswa kurang mengfungsikan layanan bimbingan dan konseling, karena mereka merasa jika mereka tidak bermasalah maka bimbingan konseling tidak diperlukan.
Untuk menghadapi masalah tersebut, diperlukan fungsionalisasi layanan bimbingan dan konseling melalui pendekatan-pendekatan yang bersifat personal. Dengan memberikan pemahaman bahwa melalui layanan bimbingan konseling, siswa akan memperoleh banyak informasi, sebagai tempat untuk lebih meningkatkan bakat, motivasi dan prestasi belajar.
Bimbingan konseling memperhatikan potensi yang dimiliki oleh setiap siswa, berdasarkan tes intelegensia. Dalam hal ini bimbingan dan konseling harus bisa mengklasifikasikan potensi siswa sesuai dengan bidangnya masing-masing. Contohnya apabila ada seorang siswa yang memiliki kemampuan dibidang seni seperti menyanyi, bimbingan konseling bisa membantu siswa tersebut dengan mengikutsertakan dalam perlombaan baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Selain itu seorang konselor juga harus bisa memberikan motivasi kepada siswa tersebut agar terus meningkatkan potensi belajar di sekolah. Sehingga siswa merasa perhatian yang diberikan oleh seorang konselor menjadikan siswa lebih bertanggung jawab dalam belajar dan karir.


Djoko Budi Santoso (2006: 34) mengemukakan layanan bimbingan konseling memiliki fungsi:
1. Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan yang akan menghasilkan pemahaman diri yang meliputi siswa, orang tua, guru, pembimbing, lingkungan siswa dan informasi.
2. Fungsi pencegahan, untuk menghindarkan siswa dari berbagai permasalahan yang dapat menghambat perkembangan siswa.
3. Fungsi perbaikan, yaitu untuk memecahkan masalah yang dihadapi siswa.
4. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan, yaitu untuk membantu siswa dalam memelihara dan mengembangkan potensi dan kondisi positif siswa secara terarah dan mantap.

4. Hubungan antara bakat, motivasi dan prestasi belajar siswa
Salah satu tujuan dalam layanan bimbingan dan konseling adalah untuk mengembangkan bakat, motivasi dan prestasi belajar siswa. Ketiga hal tersebut memiliki keterkaitan yang erat dalam pelaksanaan proses pendidikan di sekolah. Bakat tidak akan berkembang jika tidak ada motivasi baik dari dalam diri siswa maupun dari lingkungan sekitar. Jika motivasi tidak ada maka akan berpengaruh pada prestasi belajar di sekolah.
Secara umum, "bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang" (Muhibbin Syah, 2003: 150).
Dengan demikian, setiap siswa pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Secara global, bakat itu memiliki kesamaan dengan intelegensi. Itulah sebabnya seorang siswa yang berintelegensi sangat cerdas (superior) atau cerdas luar biasa (very superior) disebut sebagai talented child, yaitu siswa berbakat. Jika seorang siswa yang berbakat dalam bidang seni suara akan jauh lebih mudah menyerap informasi, pengetahuan dan ketrampilan yang berhubungan dengan bidang tersebut.
Bakat dapat mempengaruhi prestasi belajar. Oleh sebab itu, suatu hal yang tidak bijaksana apabila orang tua memaksakan kehendaknya untuk menyekolahkan anaknya pada jurusan keahlian tertentu tanpa mengetahui terlebih dahulu bakat yang dimiliki anaknya . Karena pemaksaan kehendak terhadap siswa dan juga ketidak sadaran siswa terhadap bakatnya akan berpengaruh terhadap kinerja akademik atau prestasi belajar. Sehingga untuk mengatasi masalah ini, peran serta bimbingan dan konseling diperlukan dalam dalam membantu siswa untuk memilih bidang pendidikan yang sesuai dengan bakatnya.


Selain bakat, motivasi juga diperlukan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Karena dalam motivasi memiliki unsur dorongan dan semangat yang diperlukan siswa. Motivasi bisa diperoleh dari diri siswa itu sendiri dan juga motivasi yang diperoleh dari dari luar siswa. Motifasi yang lebih signifikan bagi siswa adalah motivasi dari dalam siswa, karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh dari orang lain. Akan tetapi kembali pada kodrat manusia, bahwa setiap siswa juga membutuhkan motivasi dari orang lain. Dalam artian konselor diperlukan dalam memotivasi siswa dalam proses pendidikan.
Prestasi siswa merupakan penghargaan yang diperoleh baik secara akademis maupun yang diperoleh melalui bidang lain. Prestasi siswa menentukan berhasilnya proses pendidikan. Jika siswa mampu memperoleh prestasi yang baik maka pendidikan akan berjalan sesuai dengan tujuan yaitu untuk memperoleh perkembangan secara optimal.
Melalui media bimbingan konseling, konselor akan mengetahui tingkat kecerdasan siswa yaitu dengan mengadakan tes intelegensi (IQ). Intelegensi dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangn atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat.
Tingkat kecerdasan siswa sangat menetukan keberhasilan belajar siswa. Semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih prestasi yang lebih baik. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh prestasi. Tetapi intelegensi tidak menjadi dasar mutlak untuk menentukan prestasi siswa. Karena melalui motivasi yang diperoleh dari lingkungan akan membantu prestasi belajar siswa.

5. Upaya yang dilakukan konselor dalam mengembangkan bakat, motivasi dan
prestasi belajar siswa
Untuk dapat mengembangkan bakat, motivasi dan prestasi belajar siswa, ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh konselor sebagai pemberi layanan bimbingan konseling, yaitu:
1. Konselor harus menyediakan berbagai informasi yang diperlukan siswa dalam proses pendidikan.
2. Konselor harus mampu bertindak bukan sebagai polisi sekolah, akan tetapi juga sebagai media dalam mengembangkan bakat siswa.


3. Konselor dapat mengklasifikasikan bakat siswa berdasarkan tes kemampuan khusus untuk memudahkan siswa dalam mengembangkan karirnya.
4. Konselor harus dapat bertindak sebagai motivator tidak terbatas pada siswa yang berprestasi saja, tetapi juga terhadap siswa lainnya.
5. Konselor harus mengetahui cara-cara mengatasi kesulitan belajar siswa.
6. Konselor harus mampu mengembangkan hobi siswa secara positif sehingga berguna di kemudian hari.
7. Konselor harus memahami perlunya penyesuaian antara cita-cita dan pendidikan.

6. Cara Membagkitkan Motivasi Belajar Siswa

Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Adapun menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan di dahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald ini mengandung tiga elemen/ciri pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi itu mengawalinya terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya tujuan.

Namun pada intinya bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.

Motivasi ada dua, yaitu motivasi Intrinsik dan motivasi ektrinsik.
• Motivasi Intrinsik. Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri.
• Motivasi Ekstrinsik. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.

Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut:

1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.
Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siwa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.

2. Hadiah
Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.

3. Saingan/kompetisi
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.

4. Pujian
Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.

5. Hukuman
Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.

6. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.

7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik
8. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok
9. Menggunakan metode yang bervariasi, dan
10. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran

SIMPULAN

Secara umum, pendidikan yang baik tidak hanya melalui proses belajar dan mengajar saja. Tetapi, pendidikan harus bisa memberikan pembinaan yang lebih mendalam terhadap siswa. Hal ini bertujuan agar siswa mampu mengembangkan diri secara optimal. Melalui bimbingan konseling diharapkan siswa akan memperoleh semua kebutuhan yang diperoleh dalam mengembangkan bakat, motivasi dan prestasi belajar siswa. Dengan harapan proses pendidikan dapat berjalan dengan baik melalui fungsionalisasi layanan bimbingan konseling.

Untuk dapat mengembangkan bakat, motivasi dan prestasi belajar siswa, ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh konselor sebagai pemberi layanan bimbingan konseling, yaitu:
1. Konselor harus menyediakan berbagai informasi yang diperlukan siswa dalam proses pendidikan.
2. Konselor harus mampu bertindak bukan sebagai polisi sekolah, akan tetapi juga sebagai media dalam mengembangkan bakat siswa.
3. Konselor dapat mengklasifikasikan bakat siswa berdasarkan tes kemampuan khusus untuk memudahkan siswa dalam mengembangkan karirnya.
4. Konselor harus dapat bertindak sebagai motivator tidak terbatas pada siswa yang berprestasi saja, tetapi juga terhadap siswa lainnya.
5. Konselor harus mengetahui cara-cara mengatasi kesulitan belajar siswa.
6. Konselor harus mampu mengembangkan hobi siswa secara positif sehingga berguna di kemudian hari.
7. Konselor harus memahami perlunya penyesuaian antara cita-cita dan pendidikan.

Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut:

1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.

2. Hadiah
3. Saingan/kompetisi
4. Pujian
5. Hukuman
6. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar
7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik
8. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok
9. Menggunakan metode yang bervariasi, dan
10. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar